Skip to main content

Posts

Mundurnya Mohammad Hatta, Dwitunggal, Dwitanggal

Perpecahan Sejak awal, munculnya sosok Sukarno dan Mohammad Hatta sebagai Proklamator RI diamini banyak pihak sebagai Dwitunggal yang akan selalu seiya sekata dalam menata kemerdekaan Indonesia yang masih seumur jagung. Apalagi keduanya dianggap punya kemampuan berbeda yang saling melengkapi. Sukarno adalah sosok revolusioner yang mampu menggerakkan rakyat, sementara Hatta adalah seorang pemikir yang memiliki gagasan untuk kemajuan bangsa. Sukarno sangat suka menyampaikan gagasannya dengan berapi-api, sedangkan Hatta cenderung tak banyak bicara, tapi matang dalam konsep.
Recent posts

Mengingat Ki Hajar Dewantara

Tentu kita sudah sangat familiar dengan nama Ki Hajar Dewantara. Sebelum berganti nama, dulunya beliau bernama Raden Mas Soewardi (Suwardi Suryaningrat). Perubahan nama itu berlangsung pada tahun 1922. Ki Hajar Dewantara lahir di Pakualaman, pada 2 Mei 1889 dan pada usia 69 tahun ia meninggal di kota Yogyakarta, tepatnya 26 April 1959. Soewardi sangat aktif dalam lingkup politik, pergerakan kemerdekaan Indonesia, dan kolumnis. Selain itu ia juga menjadi pelopor pendidikan untuk kaum pribumi Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Ia juga mendirikan Perguruan Taman Siswa sebagai lembaga pendidikan yang membuka kesempatan untuk penduduk pribumi jelata agar bisa mendapatkan hak pendidikan layaknya para priyayi atau orang-orang Belanda.

Fakta-Fakta Sri Sultan Hamengkubuwana IX

Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah anak kesembilan dari Sultan Hamengkubuwono VIII dengan istri kelimanya R.A Kustilah/K.R.A Adipati Anum Amangku Negara/Kanjeng Alit. Beliau lahir pada masa pemerintahan Belanda di Ngayogyakarta Hadiningrat (sekarang Yogyakarta) pada 12 April 1912 dengan nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun di Ngasem. Sebagai keturunan langsung dari Sultan, beliau diangkat menjadi Raja Kesultanan Yogyakarta ke-9 mulai 18 Maret 1940 sampai menghembuskan nafas terakhirnya di usia 76 tahun pada 2 Oktober 1988 di Amerika. Saat itu ia diberi gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga.

Kisah Tiga Murid Tjokroaminoto

Jauh sebelum memilih jalan hidupnya masing-masing, tiga tokoh pergerakan Soekarno, Semaoen, dan Kartosoewirjo pernah tinggal bersama. Mereka menjadi murid dari pemimpin Sarekat Islam Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto. Di sebuah jalan kecil bernama Gang Paneleh VII, di tepi Sungai Kalimas, Surabaya, rumah Tjokroaminoto berada. Rumah itu bernomor 29-31. Setelah menjadi pemimpin SI yang anggotanya 2,5 juta orang, Tjokroaminoto yang saat itu berusia 33 tahun tidak memiliki penghasilan lain, kecuali dari rumah kos yang dihuni 10 orang itu. Setiap orang membayar Rp 11. Istri Tjokro, Soeharsikin, yang mengurus keuangan mereka.

Bung Tomo, Penggerak Perlawanan Arek-Arek Surabaya

Semula nama Sutomo atau yang akrab disapa Bung Tomo tak banyak diketahui. Apalagi ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa. Nama Bung Tomo semakin melejit berkat seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi. Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Ramalan Jayabaya yang Terbukti

Dalam perjalanan sejarah nusantara, nama Kediri tak bisa dipisahkan dari tokoh yang sangat terkenal dan melegenda, yakni Prabu Jayabaya yang bergelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudana Wataranindita Parakrama Digjayottunggadewanama Jayabhayalancana. Jayabaya adalah tokoh yang melahirkan kitab ramalan yang hingga kini masih dianggap memiliki 'tuah' dan dipercaya masih berlaku, yakni Jangka Jayabaya. Salah satu ramalan Jayabaya yang paling kesohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro.

Yang Sakit itu Soedirman, Panglima Besar Tidak Pernah Sakit!

Belanda ingin menghapus Republik Indonesia dari peta dunia dan berkuasa kembali di tanah jajahannya. Tujuan utama mereka menangkap Presiden RI Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta, membubarkan pemerintahan dan menghancurkan TNI. 19 Desember 1948, dalam waktu singkat pasukan Belanda berhasil menguasai Kota Yogyakarta.