Skip to main content

Pantai Coro

Salah satu objek wisata di kota Tulungagung adalah pantai Coro. Memang unik nama pantai ini (coro = kecoa). Entah bagaimana asal usul pemberian nama pantai ini. Sebagaimana kebanyakan pantai di Tulungagung lainnya, pantai Coro pantai yang masih asri, belum terjamah oleh pengelola. Pantai dengan pasir putihnya ini berada di sebelah timur pantai indah Popoh.

Untuk menuju pantai Coro, dari arah kota Tulungagung anda bisa langsung saja menuju rute ke pantai Popoh. Tetapi setelah masuk ke kawasan Popoh anda tidak parkir ke pantai Popoh-nya, tetapi anda langsung saja menuju ke arah Reco Sewu. Setelah anda parkir kendaraan di area Reco Sewu, anda masih belum sampai ke pantai Coro, melainkan masih harus berjalan 1 km ke arah timur (±30 menit) melewati hutan dan bukit untuk sampai di pantai. Seperti yang saya sampaikan tadi kalau pantai ini masih belum terjamah pengelola dan masih asri tentunya.

Salah satu rute menuju pantai Coro

Setelah berjalan kaki di hutan, naik turun, rasa lelah akan hilang setelah anda sampai di pantai Coro.


Yuk kita simak keindahan pantai Coro . . .






Sisi timur pantai Coro




Tidak jauh dari pantai Coro juga ada tempat eksotis lain, yaitu tebing Banyu Mulok dan pantai Dadap.


Comments

Popular Post

Prabu Aji Saka

Tersebutlah seorang pemuda sakti yang tinggal di desa Medang Kawit. Aji Saka namanya. Ia mempunyai dua pembantu yang sangat setia. Dora dan Sembada nama keduanya. Suatu hari Aji Saka berniat ke wilayah Medang Kamulan. Ia mendengar perilaku Raja Medang Kamulan yang bernama Prabu Dewata Cengkar yang sangat jahat. Prabu Dewata Cengkar gemar memangsa manusia. Setiap hari ia harus makan daging manusia. Patih Medang Kamulan yang bernama Jugul Muda harus sibuk mencari manusia untuk dipersembahkan kepada rajanya yang sangat kejam itu. Rakyat Medang Kamulan sangat ketakutan dan mereka memilih untuk mengungsi dari Medang Kamulan dibandingkan harus menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar. Aji Saka berniat menghentikan kekejaman penguasa kerajaan Medang Kamulan yang gemar memakan manusia itu untuk selama-Iamanya. Dalam perjalanan menuju kerajaan Medang Kamulan, Aji Saka dan dua pembantunya tiba di daerah pegunungan Kendeng. Aji Saka meminta Sembada untuk tinggal di daerah itu dan menyerahkan k...

Orang Jawa di Suriname

  foto dari wikipedia Ada kisah menarik mengenai agama dan tradisi yang bisa kita pelajari di Suriname (Amerika Selatan). Negara bekas jajahan Belanda ini pada abad 19 dan 20 pernah mendatangkan kuli kontrak dari berbagai negara diantaranya dari Jawa, India, Cina dan Timur Tengah. Kurang lebih 33,000 orang Jawa Tengah dan Timur diangkut ke Suriname pada tahun 1890 - 1939 dengan janji manis bahwa mereka bisa menjadi kaya sepulangnya dari sana, padahal kenyataannya mereka menjadi kuli kontrak selama lima tahun di perkebunan tebu dan coklat. Setelah selesai masa kontrak orang-orang Jawa ini terlalu malu dan miskin untuk pulang dan akhirnya menetap disana dan saling menikah.

Ramalan Jayabaya yang Terbukti

Dalam perjalanan sejarah nusantara, nama Kediri tak bisa dipisahkan dari tokoh yang sangat terkenal dan melegenda, yakni Prabu Jayabaya yang bergelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudana Wataranindita Parakrama Digjayottunggadewanama Jayabhayalancana. Jayabaya adalah tokoh yang melahirkan kitab ramalan yang hingga kini masih dianggap memiliki 'tuah' dan dipercaya masih berlaku, yakni Jangka Jayabaya. Salah satu ramalan Jayabaya yang paling kesohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro.