Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2014

Geguritan

Piweling Jagad Asat….. Garing mlimping….. Lemah-lemah pating blegag, mringis nggegirisi.   Nggeguyu tumindake para jalma manungsa kang saya ora lumrah trekahe Jalma manungsa kang jarene kautus ngrumat ndonya sak isine… Jalma manungsa kang linambaran ilmu sundhul langit sap pitu… Kok doyan mangan sedulure… mangan barang sing dudu hak e… colong jupuk kaya diidinake… ngapusi tunggale dhewe… lali weling bapa-biyunge… Jumawa, adigang, adigung, adiguna.

Pesan Pesan Bung Karno Untuk Bangsa Indonesia

“Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.” “Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.” o Dikutip dari Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams “Bunga mawar tidak mempropagandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya.” o Diucapkan ketika menyematkan bintang sakti kepada dua orang perwira, yaitu Mayor Benny Moerdani dari RPKAD dan Mayor Untung bin Sjamsuri dari Banteng Raiders. “we have only scratched the surface “ o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956  “Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah, berimagination. Gali ! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia”. o Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang, 29 Juli 1956  “Dan agar yang tidak murni terbakar mati!” o Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Jogjakarta, 17 Februari 1959 “Massa adal...

Babad Tulungagung

PERGURUAN PACET Pada jaman pemerintahan Majapahit hubungan antara daerah pedalaman sangat sulit, sehingga keamanan di sebelah selatan sungai Brantas tidak dapat dikuasai. Sering disana-sini timbul pemberontakan. Berdirinya perguruan-perguruan sangat besar manfaatnya bagi kepentingan raja, karena selain mengajarkan ilmu, para guru umumnya juga merupakan mata telinga daripada perguruan negara. Demikian juga hubungannya dengan perguruan di dukuh Bonorowo, dekat Campurdarat yang terkenal dipimpin oleh seorang sakti bernama Kyai PACET. Kyai Pacet mengajarkan ngeilmu Joyokawijayan. Ia mempunyai murid-murid pilihan diantaranya : 1. Pangeran Kalang dari Tanggulangin. 2. Pangeran Bedalem dari Kadipaten Betak. 3. Menak Sopal dari Kadipaten Trenggalek. 4. Kyai Kasanbesari tua-tua dari dukuh Tunggul. 5. Kyai Singotaruno dari dukuh Plosokandang. 6. Kyai Sendang Gumuling dari desa Bono. 7. Pangeran Lembu Peteng putra Majapahit (termasuk murid baru). Pada suatu hari Kyai Pacet telah mengadakan pe...

Tulungagung Tanah Leluhur Nusantara

Pada saat Sri Girindra tersingkir dari istana, Ken Arok berusia sekitar 12 tahun. Setelah dewasa, mengetahui sejarah Jenggala, mengetahui ayahnya tersingkir dari istana akibat serbuan Senapati Agung Tunggul Ametung. Setelah bertemu Pendeta Lohgawe, ia bertekad membalas kekalahan ayahnya.   ________________   Pada sarasehan budaya awal tahun di gedung pramuka, Ki Dalang Sodrun keheranan pada Tulungagung. Ada apa sejatinya dengan tanah ini? Mengapa pada masa lalu banyak tokoh besar mengakhiri hidupnya menyingkir ke Banarawa? Mengapa Gayatri, Jaka Tingkir, Pangeran Benawa, disemayamkan di brang kidul? Dalang Wali asli Blitar itu meyakini ada apa-apanya dengan Tulungagung. Saya juga meyakini Tulungagung ada apa-apanya, pernah selama beberapa kurun, berperan besar dalam perjalanan sejarah nusantara masa silam. Keyakinan saya bertambah tebal ketika menemukan fakta bahwa Tulungagung termasuk satu-satunya wilayah di luar pusat keraton, yang memiliki daerah perdikan terbanya...

Peninggalan Sejarah Tulungagung Sebagai Inspirasi Kebudayaan

Telah kita ketahui bahwa Tulungagung hidup bersama dengan kerajaan Medang Mataram, Medang Jawa timur, Panjalu, Janggala, Singasari, dan Majapahit. Selama kurun itu, banyak peninggalan sejarah, terutama bangunan candi-candi beserta pernak-perniknya, tersebar di sepenjuru Tulungagung. beberapa masih dapat kita saksikan sekarang, seperti candi Penampihan, candi Dadi, candi Mirigambar, candi Sanggrahan, candi Gayatri, goa Pasir, Goa Selomangleng, dan masih banyak lagi. Meski tidak sebesar Borobudur atau Prambanan, atau keraton Yogyakarta, setidaknya sejarah panjang Tulungagung belum sepenuhnya tenggelam.   Ayu Sutarto telah memetakan Jawa timur menjadi sepuluh subkultur, yaitu Jawa Mataraman, Jawa Panaragan, Samin atau sedulur sikep, Tengger, Osing, Pendulungan, Madura Pulau, Madura bawean, Madura Kangean, dan budaya Arek. Tulungagung termasuk dalam subkultur Jawa Mataraman. Budaya Mataraman secara verbal tampil di masyarakat Pacitan, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Nganjuk, Tre...

Sejarah Kota Tulungagung

Pegununungan Kapur di Wilayah Tulungagung Selatan Wilayah Tulungagung ternyata sudah dihuni sejak zaman pra sejarah dulu. Yang dianggap sebagai penghuni awal adalah homo wajakensis. Manusia pra sejarah yang fosilnya ditemukan oleh Eugene Dubois di daerah Tulungagung Selatan. Lokasi penemuannya konon terletak di dusun Nglepung desa Wajak Kecamatan Campurdarat. Nama Tulungagung sebenarnya berasal dari dua kata 'Toeloeng dan Agoeng. Arti dari dua kata itu Toeloeng berarti mata air dan Agoeng berarti besar. Sebelumnya nama kota ini adalah Kabupaten Ngrawa. Penyebutan kata Ngrawa sendiri konon dari banyaknya daerah berawa yang ada atau dalam bahasa jawanya “Ngrowo”. Tulungagung awalnya hanya merupakan bagian dari distrik dari kabupaten Ngrawa. Waktu itu ibu kotanya masih berada di daerah Kalangbret. Sejak beberapa tahun lalu ada koreksi mengenai penentuan hari jadi kota Tulungagung. Merunut dari prasasti yang ditemukan di daerah Thani Lawadan yang kini diyakini bernama Wates, C...