Skip to main content

Asal Usul Jalan Soekarno di Maroko


Siapa pun orang Indonesia mestinya bangga. Di ibukota negeri Maghribi yang mayoritas berpenduduk etnis Arab itu, terpampang plang nama jalan Avenue Soukarno alias Jalan Soekarno. Plang resmi dengan bahasa setempat menyebutnya Rue Soekarno.

Pertanyaannya, kenapa pimpinan Maroko memberikan penghormatan kepada proklamator RI dengan mengabadikan menjadi nama jalan di kotanya?

Rupanya, dukungan Indonesia atas kemerdekaan bangsa-bangsa jajahan dalam Konferensi Asia Afrika (KSS) pada 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, sangat berkesan di hati para pemimpin Afrika.

Terbukti, setahun setelah KAA, 2 Maret 1956, Maroko meraih kemerdekaannya. Hari itu juga Kantor Kedutaan Besar RI di Rabat, ibukota Maroko.

Pada 2 Mei 1960 Soekarno berkunjung ke Maroko, sebagai bentuk dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Maroko dari jajahan Perancis. kehadirannya Presiden pertama RI itu mendapat sambutan yang luar biasa dari Raja Mohammed V dan rakyat Maroko.

Presiden Soekarno dianggap tokoh yang berperan dalam kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika, Indonesia merupakan Negara pertama yang mengakui kedaulatan Negara Maroko. Sebagai apresiasi dari raja Mohammad V, nama presiden Soekarno pun diabadikan sebagai nama jalan besar yang berada di jantung kota itu.

Raja Mohammad V tambah terkesan saat Soekarno menolak pemberian hadiah darinya. Soekarno hanya minta siapapun orang Indonesia bisa masuk ke negerinya seperti rumah sendiri. Raja pun menyanggupinya. Hingga sekarang, pemerintah Maroko memberikan On Arrival Visa kepada WNI yang datang ke sana.



Selain Rue Soekarno dapat kita jumpai pula Rue Bandung di jalanan sempit menuju pantai Oudaya, tidak jauh dari Rue Bandung ada Rue Indonesia dan Rue Jakarta. Nama-Nama kota besar di Indonesia dijadikan sebagai nama jalan di Maroko.



Sebagai imbal balik, nama Casablanca, kota terbesar kedua di Marokko dijadikan jalan yang membentang dari Tanahabang hingga Kampung Melayu. Itulah sebagai wujud saling menghormati diantara kedua negara. (MD)


Sumber: http://www.sayangi.com/

Comments

Popular Post

Prabu Aji Saka

Tersebutlah seorang pemuda sakti yang tinggal di desa Medang Kawit. Aji Saka namanya. Ia mempunyai dua pembantu yang sangat setia. Dora dan Sembada nama keduanya. Suatu hari Aji Saka berniat ke wilayah Medang Kamulan. Ia mendengar perilaku Raja Medang Kamulan yang bernama Prabu Dewata Cengkar yang sangat jahat. Prabu Dewata Cengkar gemar memangsa manusia. Setiap hari ia harus makan daging manusia. Patih Medang Kamulan yang bernama Jugul Muda harus sibuk mencari manusia untuk dipersembahkan kepada rajanya yang sangat kejam itu. Rakyat Medang Kamulan sangat ketakutan dan mereka memilih untuk mengungsi dari Medang Kamulan dibandingkan harus menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar. Aji Saka berniat menghentikan kekejaman penguasa kerajaan Medang Kamulan yang gemar memakan manusia itu untuk selama-Iamanya. Dalam perjalanan menuju kerajaan Medang Kamulan, Aji Saka dan dua pembantunya tiba di daerah pegunungan Kendeng. Aji Saka meminta Sembada untuk tinggal di daerah itu dan menyerahkan k...

Orang Jawa di Suriname

  foto dari wikipedia Ada kisah menarik mengenai agama dan tradisi yang bisa kita pelajari di Suriname (Amerika Selatan). Negara bekas jajahan Belanda ini pada abad 19 dan 20 pernah mendatangkan kuli kontrak dari berbagai negara diantaranya dari Jawa, India, Cina dan Timur Tengah. Kurang lebih 33,000 orang Jawa Tengah dan Timur diangkut ke Suriname pada tahun 1890 - 1939 dengan janji manis bahwa mereka bisa menjadi kaya sepulangnya dari sana, padahal kenyataannya mereka menjadi kuli kontrak selama lima tahun di perkebunan tebu dan coklat. Setelah selesai masa kontrak orang-orang Jawa ini terlalu malu dan miskin untuk pulang dan akhirnya menetap disana dan saling menikah.

Ramalan Jayabaya yang Terbukti

Dalam perjalanan sejarah nusantara, nama Kediri tak bisa dipisahkan dari tokoh yang sangat terkenal dan melegenda, yakni Prabu Jayabaya yang bergelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudana Wataranindita Parakrama Digjayottunggadewanama Jayabhayalancana. Jayabaya adalah tokoh yang melahirkan kitab ramalan yang hingga kini masih dianggap memiliki 'tuah' dan dipercaya masih berlaku, yakni Jangka Jayabaya. Salah satu ramalan Jayabaya yang paling kesohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro.