Skip to main content

Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel

Oleh : Danang Kusuma, Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang


Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.

Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].



Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)

Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut;

1. Konstantinopel

Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.

2. Rumiyah

Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.

Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.

Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.


Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.





Yang mengincar kota ini untuk dikuasai adalah termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.

Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.

Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.

Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW.

Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.


Usaha-usaha dalam Menaklukan Konstantinopel


Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu kota termasyhur dunia. Kota ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Kota ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.

Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu''awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.

Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung kota itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.

Biografi Singkat

Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih, "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;



Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481).


Lambang Kekhalifahan

Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh dan tidak pernah meninggalkan sholat jamaah sebagaimana dia juga perintahkan ke seluruh prajuritnya. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu'' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ''Ain Al-Jalut" melawan tentara Mongol).



Di saat usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Sejak kecil Sultan Muhammad telah dididik oleh dua ulama besar pada zamannya, yaitu Syaikh Al-Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman Islam yang benar.



Karakter Pemimpin Yang Ditanamkan Sejak Kecil



Semenjak kecil, Sultan Muhammad II telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota tadi. Kekuatan Sultan Muhammad II terletak pada ketinggian pribadinya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ''ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.


Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur''an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad II yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur''an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.


Ketika ayahnya wafat (5 Muharram 852/7 Februari 1451 M), saat itu Sultam Muhammad II baru berusia 20 tahun. Syeikh Aaq Syamsuddin menyatakan keyakinannya bahwa Sultam Muhammad II adalah basyirah (kabar gembira) yang dikabarkan Nabi Muhammad bahwa Sultam Muhammad II-lah yang akan membebaskan Konstantinopel.



Sejak saat itu, Sultam Muhammad II menjadi begitu berkeinginan untuk menaklukkan Konstantinopel. Dalam rangka itulah, Sultam Muhammad II berusaha memperkuat kekuatan militer Utsmani. Ia pun membekali pasukan dengan kemampuan tempur dan semangat jihad.



Tentu amat sangat banyak yang bisa dipelajari dari Sultan yang di dunia barat disebut sebagai “Mehmet the Conqueror” (Mehmet Sang Penakluk) ini.



Menjadi Penguasa Utsmani



Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel.



Diapun sadar untuk menaklukkan Konstantiopel dia membutuhkan perencanaan yang baik dan orang-orang yang bisa diandalkan, maka diapun membentuk dan mengumpulkan pasukan elit yang dinamakan Yeniseri (Royal Janissaries), yang dilatih dengan ilmu agama, fisik, taktik dan segala yang dibutuhkan oleh tentara, dan pendidikan ini dilaksanakan sejak dini, dan khusus dipersiapkan untuk penaklukan Konstantinopel. 7000 pasukan yang loyal kepada Allah dan Rasul-Nya pun berkumpul dalam penugasan ini. Selain itu dia juga mengamankan Selat Bosphorus yang menjadi nadi utama perdagangan dan transportasi bagi konstantinopel dengan membangun benteng Rumeli Hisari dengan 7 menara citadel yang selesai dalam waktu kurang dari 4 bulan.



Tetapi Konstantinopel bukanlah kota yang mudah ditaklukkan, kota ini menahan serangan dari berbagai penjuru dunia dan berhasil menetralkan semua ancaman yang datang kepadanya karena memiliki sistem pertahanan yang sangat maju pada zamannya, yaitu tembok yang luar biasa tebal dan tinggi, tingginya sekitar 18 m sebanyak 3 lapis, tidak ada satupun teknologi yang dapat menghancurkan dan menembus tembok ini pada masa lalu. Dan untuk inilah Sultan Muhammad II menugaskan khusus pembuatan senjata yang dapat mengatasi tembok ini.






Menaklukkan Bizantium



Setelah mempersiapkan meriam raksasa yang dapat melontarkan peluru seberat 680 kg, Sultan Muhammad II lalu mempersiapkan 250.000 total pasukannya yang terbagi menjadi tiga, yaitu pasukan laut dengan 400 kapal perang menyerang melalui Laut Marmara, kapal-kapal kecil untuk menembus Selat Tanduk Emas, dan sisanya melalui jalan darat menyerang dari sebelah barat Konstantinopel. Awal penyerangan ini dilakukan pada tanggal 6 April 1453, yang terkenal dengan The Siege of Constantinple.


Constantine XI

Di hadapan tentaranya, Sultan Muhammad II lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.



Sultan Muhammad II lalu mengirim surat kepada Paleologus untuk bernegosiasi, menyerahkan penguasaan kota secara damai atau memilih perang. Tetapi Constantine Paleologus tetap bertahan untuk mempertahankan kotanya. Yang dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan, dan Giovanni Giustiniani dari Genoa..






Kota dengan benteng kuat tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.


Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.






Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, menariknya dengan landasan kayu yang diberi minyak binatang, mendaki bukit Galata menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 16 km, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri).






Seorang ahli sejarah tentang Byzantium, Yilmaz Oztuna, di dalam bukunya Osman Li Tarihi menyebutkan, “Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander yang Agung”.


Rantai yang menghalangi kapal masuk ke Teluk Golden Horn. (koleksi Museum Hagia Sophia)
Rantai yang melindungi pintu masuk ke Teluk Golden Horn

70 kapal di tarik melewati bukit di daerah Galata untuk masuk ke Teluk Golden Horn yang dihadang rantai.

Keesokan harinya pasukan Byzantine yang memusatkan perhatiannya ke selat Bosporus dengan benteng-bentengnya yang sangat kokoh menghadang setiap musuh yang datang dari selat tersebut, terkejut bukan kepalang karena armada 70-an kapal pasukan Sultan Muhammad II sudah berada di wilayah yang disebut tanduk emas (Golden Horn) mereka dengan titik pertahanan yang relatif lebih lemah (karena sudah dijaga di depan).



Mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.



Saking tidak terpikirnya oleh mereka apa yang mereka hadapi saat itu, sampai-sampai sebagian pasukan Byzantine mengira hantu-hantulah yang membawa kapal-kapal Sultan Muhammad II sampai bisa masuk ke belakang garis pertahanan mereka yang sangat kokoh. Sejak saat itulah pasukan Constantine terpecah konsentrasinya.



Sultan Muhammad II pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu.



Sultan Muhammad II yakin bahwa kemenangan semakin tiba, mendorongnya untuk terus berusaha agar Constantine XI Paleologus menyerah kalah tanpa terus membiarkan kota itu musnah akibat gempuran meriam.



Sekali lagi Sultan mengirim utusan Ismail Isfendiyar Beyoglu untuk meminta Constantine XI Paleologus agar menyerahkan Kostantinopel secara aman. Costantine telah berunding dengan para menterinya. Ada yang menyarankan supaya mereka menyerah kalah dan ada pula yang ingin bertahan sampai akhir. Costantine akhirnya setuju dengan pandangan kedua lantas mengirimkan balasan,

Puji Tuhan karena Sultan memberikan keamanan dan bersedia menerima pembayaran jizyah. Akan tetapi Costantine bersumpah untuk terus bertahan hingga ke akhir hayatnya demi takhta atau mati dan dikuburkan di kota ini!”.


Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad II bersama tentaranya kembali meluruskan niat dan membersihkan diri di hadapan Allah. Mereka memperbanyak shalat, berdoa dan berdzikir, dengan harapan Allah akan memudahkan kemenangan.





Para Ulama pula memeriksa barisan tentara sambil memberi semangat kepada para pejuang. Mereka diingatkan tentang kelebihan jihad dan syahid serta kemuliaan para syuhada’ terdahulu khususnya, Abu Ayyub Al-Ansari yang juga telah berjuang menuju wilayah itu.

Sesungguhnya saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tiba di Madinah ketika hijrah, baginda Nabi telah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Ansari. Sesungguhnya Abu Ayyub pun telah datang ke Kostantinopel dan berada di sini!”, ujar ulama penasihat Sultan Muhammad II. Kata-kata inilah yang membakar semangat tentara Islam hingga ke puncaknya.


Tepat pukul 01.00 dini hari, Selasa, 20 Jumadil Awwal 857 H./ 29 Mei 1453 M, Sultan Muhammad II memberi pidato kepada tentara Islam :

Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjadi kenyataan, dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti. Maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits tersebut, yaitu berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada di antara mereka melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran”.


Diiringi hujan panah api, meriam, tombak, dan lainnya, tentara Turki Islam itun pun maju dalam tiga lapis pasukan, terdiri dari tentara biasa di lapis pertama, pasukan khusus Anatolian Armydi lapis kedua, dan terakhir pasukan khusus Yanissari.


Ottoman Siege : Pasukan Turki Utsmani yang sangat canggih di zamannya dengan teknologi Meriam Terbesar di zamannya


The Great Turkish Bombard

Pasukan Kostantinople telah berada di puncak ketakutan. Sementara pasukan Muslim yang memang menginginkan mati syahid, begitu berani maju menyerbu tentara Konstantinopel.



Tentara Islam akhirnya berhasil menembus kota Kostantinopel melalui Pintu Edirne. Mereka telah berhasil mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyah di puncak kota. Adalah seorang tentara muda bernama Ulubatli Hasan yang pertama menancapkan bendera Daulah Usmaniyah pada tanah Byzantine.



Constantine XI Paleologus yang melihat kejadian itu, melepas baju kerajaannya dan maju bertempur bersama pasukannya, hingga tewas menjadi martir, namun tak pernah ditemukan jasadnya. Panglima Giustiniani sendiri melarikan diri meninggalkan kota dengan pasukan Genoanya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.



Berita kematian Costantine telah menaikkan lagi semangat tentara Islam untuk terus menyerang. Namun sebaliknya, bagaikan pohon tercabut akar, tentara Kostantinopel menjadi tercerai berai mendengar berita kematian Rajanya.


Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Sultan Muhammad II, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.


Konstantinopel Dibebaskan





Tepat pada hari Selasa siang tanggal 20 Jumadil Awal 857 H. Konstantinopel jatuh dan berhasil ditaklukkan oleh pasukan Muslim. Sultan Muhammad II kemudian turun dari kudanya dan memberi penghargaan kepada para pasukan dengan ucapannya “Masya-Allah, kalian telah menjadi orang-orang yang mampu menaklukkan Kostantinopel yang telah Rasulullah kabarkan.”



Kemudian Sultan Muhammad II pun sujud kepada Allah di atas tanah Konstantinopel, sebagai ungkapan syukur dan pujian serta bentuk kerendahan hati dihadapan-Nya.



Bayangkan, kekuatan seperti apa yang bisa menjaga semangat, persatuan, dan kesabaran selama 52 hari perang dan lintas generasi dalam 825 tahun lamanya? Kekuatan seperti apa yang dapat menjadikan anak muda berumur 23 tahun menaklukan sebuah peradaban besar?



Inilah yang dinamakan kekuatan percaya pada janji Allah dan bisyarah rasul-Nya. Kemampuan melihat tidak dengan mata tetapi dengan keimanan, kekuatan yang melebihi apapun, Beyond the Inspiration.



They believe in something that can’t be seen by eyes! Allahuakbar!



Dan momen paling indah adalah ketika Sultan Muhammad II masuk ke dalam bangunan terindah di Konstantinopel yang kita kenal dengan nama “Hagia Sophia”, disana sudah berkumpul masyarakat setempat yang ketakutan akan dibunuh oleh umat Islam. Namun Sultan Muhammad II tersenyum dan berkata, “Kalian bebas untuk terus bersama dengan agama kalian.Lakum dinukum waliadiin, dan Sultan Muhammad II menggendong salah satu anak kecil dari Ibunya, dan semua berakhir indah. Semua merasa tenang dan nyaman dengan apa yang umat Islam lakukan terhadap mereka.






Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.



Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan mencari nafkah di sana. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan. Dan kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi museum.



Atas jasanya Sultan Muhammad II itulah Sultan kemudian diberi gelar Al-Fatih, artinya Sang Pembebas. Sehingga beliau sering dipanggil dengan Sultan Muhammad Al-Fatih. Pertempuran merebutkan kota Konstantinopel tersebut secara keseluruhan berlangsung dari tanggal 26 Rabiul Awal 857 H. sampai dengan 20 Jumadil Awal 857 H. atau bertepatan dengan 6 April sampai dengan 29 Mei 1453 M. ٍSehingga dikenal juga dengan Al-Fatuh atau Fetih 1453. Allahu Akbar!!!



Perang ini tercatat juga sebagai salah satu perang penaklukan kota terlama dalam sejarah manusia.



Ada kisah yang menarik, suatu hari timbul persoalan, ketika pasukan Islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu, Konstantinopel, seteleh dibebaskan.

Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani menawarkan diri. Lalu Muhammad Al-Fatih tegak berdiri. Ia meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri. Kemudian bertanya, “Siapakah di antara kalian yang sejak remaja, sejak akil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silakan duduk!


Subhanallah……!!! Maha suci Allah! tak seorangpun pasukan Islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa artinya? Itu berarti, tentara Islam pimpinan Muhammad Al-Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari itu, tak seorangpun yang pernah meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan shalat fardhu.



Lalu Muhammad Al-Fatih kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk!!”.



Kali ini, sebagian pasukannya duduk. Artinya, pasukan Islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat sunah setelah maghrib, dua roka’at sebelum shubuh dan shalat rawatib lainnya. Namun memang ada beberapa yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi dan jujur.



Dengan mengedarkan matanya ke seluruh pasukannya, Muhammad Al-Fatih kembali berseru lalu bertanya, “ Siapa di antara kalian yang sejak masa akil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!!



Apa yang terjadi? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan barat dan timur. Semua yang hadir dengan cepat duduk!! Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? dialah, Sultan Muhammad Al-Fatih, sang penakluk benteng Byzantium Konstantinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat Jumat hari itu. Karena hanya Al-Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah, tidak pernah absen semalampun.

Masyaallah...


Bahasan


Dari mana orang seperti Muhammad Al-Fatih bisa berfikir di luar kebiasaan orang pada jamannya, di luar jangkauan kemajuan science yang tercapai saat itu ? bahwa kapal –kapal perangnya harus bisa mendaki bukit selain juga tentu harus bisa berlayar selayaknya kapal pada umumnya ?.



Itulah yang disebut dalam sejumlah tulisan sebelumnya sebagai bentuk aplikasi ayat “…bi a’yuninaa wa wahyinaa…” atau “ …dengan pengawasan Kami dan dengan wahyu Kami…”.(QS 11 :37 dan QS 23 :27). Nabi Nuh bisa membuat kapal yang menyelamatkan penduduk bumi yang taat dan seisinya, meskipun dia bukan seorang insinyur kapal.



Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam bisa membangun bangunan yang hingga kini tidak hentinya dikunjungi manusia dari seluruh penjuru bumi – yaitu Ka’bah, bukan karena dia seorang arsitek. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bisa membangun Negara yang sempurna, meskipun beliau adalah seorang yang umi. Semua itu dimungkinkan karena diawasi langsung olehNya dan diberi petunjukkanya langsung dalam wahyu-wahyu yang disampaikanNya.



Sebesar apapun pekerjaan itu, bila Dia sendiri yang mensupervisi pelaksanaannya dan Dia pula yang memberikan juklak atau petunjuk pelaksanaannya, maka yang nampaknya tidak mungkin menjadi mungkin.


Strategi yang luar biasa yang tidak terbayang oleh musuh, seperti menarik kapal melintasi bukit yang dilakukan oleh Muhammad Al-Fatih bersama para pasukannya tersebut di atas tentu juga karena mendapatkan pengawasan langsung dari Allah dan dengan petunjuk melalui Wahyu-wahyuNya “…bi a’yuninaa wa wahyinaa…” – yaitu ayat-ayat Al-Qur’an yang dihafalnya sejak dia masih kecil.


Lantas pelajaran apa yang bisa kita ambil dari penaklukan Constantinople oleh panglima perang terbaik dengan pasukan terbaik tersebut di atas ?



Pertama tidak ada cara lain untuk menjadi unggul bagi umat ini kecuali kita bisa mencontoh bagaimana umat ini dahulu diunggulkan, dari generasi para nabi – hingga generasinya Muhammad Al-Fatih pasca era kenabian.



Kedua kita harus mampu memikirkan strategy yang out of the box untuk menaklukan musuh-musuh kita, strategi yang WOW yang sekaliber ‘menarik kapal mendaki bukit’ –nya Muhammad Al-Fatih.



Ketiga strategy tersebut akan dimungkinkan bila kita bisa membangun atau menyiapkan orang-orang yang yang mendekati kaliber Muhammad Al-Fatih dalam hal keimanannya, penguasaan Al-Qur’annya, penguasaan bahasanya, ilmu pengetauannya sampai sholat jamaah dan qiyamul –lail-nya.



Untuk memenangkan persaingan di bidang apapaun - termasuk usaha, kita harus mampu berfikir dengan apa yang tidak terfikirkan oleh siapapun sebelumnya – Think the Unthinkable !, dan itu hanya bisa terjadi bila kita disupervisi dan dituntun langsung oleh petunjuk-petunjukNya “…bi a’yuninaa wa wahyinaa…” . InsyaAllah.




Sumber:

Comments

Post a Comment

Popular Post

Prabu Aji Saka

Tersebutlah seorang pemuda sakti yang tinggal di desa Medang Kawit. Aji Saka namanya. Ia mempunyai dua pembantu yang sangat setia. Dora dan Sembada nama keduanya. Suatu hari Aji Saka berniat ke wilayah Medang Kamulan. Ia mendengar perilaku Raja Medang Kamulan yang bernama Prabu Dewata Cengkar yang sangat jahat. Prabu Dewata Cengkar gemar memangsa manusia. Setiap hari ia harus makan daging manusia. Patih Medang Kamulan yang bernama Jugul Muda harus sibuk mencari manusia untuk dipersembahkan kepada rajanya yang sangat kejam itu. Rakyat Medang Kamulan sangat ketakutan dan mereka memilih untuk mengungsi dari Medang Kamulan dibandingkan harus menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar. Aji Saka berniat menghentikan kekejaman penguasa kerajaan Medang Kamulan yang gemar memakan manusia itu untuk selama-Iamanya. Dalam perjalanan menuju kerajaan Medang Kamulan, Aji Saka dan dua pembantunya tiba di daerah pegunungan Kendeng. Aji Saka meminta Sembada untuk tinggal di daerah itu dan menyerahkan k...

Orang Jawa di Suriname

  foto dari wikipedia Ada kisah menarik mengenai agama dan tradisi yang bisa kita pelajari di Suriname (Amerika Selatan). Negara bekas jajahan Belanda ini pada abad 19 dan 20 pernah mendatangkan kuli kontrak dari berbagai negara diantaranya dari Jawa, India, Cina dan Timur Tengah. Kurang lebih 33,000 orang Jawa Tengah dan Timur diangkut ke Suriname pada tahun 1890 - 1939 dengan janji manis bahwa mereka bisa menjadi kaya sepulangnya dari sana, padahal kenyataannya mereka menjadi kuli kontrak selama lima tahun di perkebunan tebu dan coklat. Setelah selesai masa kontrak orang-orang Jawa ini terlalu malu dan miskin untuk pulang dan akhirnya menetap disana dan saling menikah.

Ramalan Jayabaya yang Terbukti

Dalam perjalanan sejarah nusantara, nama Kediri tak bisa dipisahkan dari tokoh yang sangat terkenal dan melegenda, yakni Prabu Jayabaya yang bergelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudana Wataranindita Parakrama Digjayottunggadewanama Jayabhayalancana. Jayabaya adalah tokoh yang melahirkan kitab ramalan yang hingga kini masih dianggap memiliki 'tuah' dan dipercaya masih berlaku, yakni Jangka Jayabaya. Salah satu ramalan Jayabaya yang paling kesohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro.